Rabu, 25 Januari 2023

Perihal Mawar

 

Perihal Mawar

 

Aku tak paham soal apa yang aku alami sekarang, sebetulnya aku tahu tentang mawar. Ia begitu merah merona, harumnya mudah sekali memikat para adam, tak hanya satu atau dua. Mahkotanya yang begitu menawan begitu menggiurkan untuk dinikmati. Namun, mereka yang mendekat dan mengerumuni hanya terpikat pada putik mawar. Menghisap penuh sarinya yang begitu manis itu hingga mawar layu. Lalu di tinggalkan, mencari bunga lain.

Begitu juga aku. Aku menjadi salah satu adam yang terpikat dengan segala jenis keanggunan mawar, Awalnya. Hingga aku melihat duri yang terpahat pada tubuhnya.  Pikirku, semakin banyak duri pada mawar semakin banyak pula kejadian pahit yang ia alami. Namun, hal itulah yang membuat mawar semakin cantik.

Hal itulah yang aku tak paham soal apa yang aku alami. Aku justru tetap bertahan pada duri itu. Memeluk duri-durinya, membiarkan diriku terluka. berdarah-darah, menangisinya, menyemai semua lara. Yang lebih ironis, setelah mawar itu tak lagi layu, dengan kuncupnya yang begitu mekar. Aku justru masih bertahan pada duri itu. Melihatnya di kerumuni, di kecup, di peluk, dan di hisap sarinya oleh adam yang datang. Tapi aku masih bertahan dengan duri itu. Sambil bersiap menemani layunya-lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jam tiga

  Jam sudah menjadi dingin, detaknya membeku, jarum-jarumnya hanya mendengung meminta kehangatan. Ia berhenti pada tiga pagi. Kepalaku ter...