Perihal Mawar
Aku tak paham soal apa yang aku alami sekarang, sebetulnya
aku tahu tentang mawar. Ia begitu merah merona, harumnya mudah sekali memikat
para adam, tak hanya satu atau dua. Mahkotanya yang begitu menawan begitu
menggiurkan untuk dinikmati. Namun, mereka yang mendekat dan mengerumuni hanya
terpikat pada putik mawar. Menghisap penuh sarinya yang begitu manis itu hingga
mawar layu. Lalu di tinggalkan, mencari bunga lain.
Begitu juga aku. Aku menjadi salah satu adam yang terpikat
dengan segala jenis keanggunan mawar, Awalnya. Hingga aku melihat duri yang terpahat
pada tubuhnya. Pikirku, semakin banyak
duri pada mawar semakin banyak pula kejadian pahit yang ia alami. Namun, hal
itulah yang membuat mawar semakin cantik.
Hal itulah yang aku tak paham soal apa yang aku alami. Aku justru
tetap bertahan pada duri itu. Memeluk duri-durinya, membiarkan diriku terluka. berdarah-darah,
menangisinya, menyemai semua lara. Yang lebih ironis, setelah mawar itu tak
lagi layu, dengan kuncupnya yang begitu mekar. Aku justru masih bertahan pada
duri itu. Melihatnya di kerumuni, di kecup, di peluk, dan di hisap sarinya oleh
adam yang datang. Tapi aku masih bertahan dengan duri itu. Sambil bersiap
menemani layunya-lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar