Aku hanya : Gelandangan
Aku hanya gelandangan di kota itu
Mencari teduh
Mencari sepi
Mencari pulang
Ada seperti rumah
Tapi,
Tak ada atap
Tak ada pintu
Tak ada cinta
Setidaknya,
Aku tenang pada tempat itu
Dari riuhnya kota dan pikiran yang fana
Namun,
Aku hanya gelandangan di kota itu.
Di maki, di usir adalah takdir
Walaupun kedatanganku, dengan seikat senyuman.
KOTA LUKA DAN KENANGAN
Yah, malam itu
Masih tergambar jelas pada semu hatiku
Kita pertama bersua
Pada jogja yang sedang mesra-mesranya
Kita duduk diantara gelapnya kota
Kepalaku dan kepalamu
Bertumpuk pada Pundak yang lega
“ayo kita pulang, sudah setengah tiga, terang sebentar lagi
datang”
Tak ada jawaban awalnya,
Hening tercipta hingga ia berucap
“biarkan terang datang, aku sedang nyaman”
Pada Pundak ini,
Kau pernah berucap demikian,
Hingga sekian banyak malam,
Segala macam cara meyakinkan
Namun tak kunjung ter-amin-kan
Tak pernah ada kata yang menjadikan kita “sama”
Atau sebuah ucapan yang menjadikan hubungan
Cinta tak butuh alasan, bukan?
Memang, cinta tak butuh alasan
Namun, cinta butuh kepastian.
Jika taka da,
Maka hanya tinggal kota, luka dan kenangan.
Dimana kamu
Setelah berbotol-botol habis semalam, ia selalu berkata
“Dimana kalian, ketika aku sedang terpuruk....kalian datang hanya
saat bahagia”
Lalu mereka tertawa Bersama.
Yah, karena pada terpurukmu, pada susahmu, pada sedihmu, aku
disisimu. Namun, tak pernah dianggap “ada”.
Dan sekarang “Dimana kamu saat aku sedang terpuruk?...”
Kepada dia yang telah terpahat pada hatinya
Bersyukur untukmu, yang tak perlu.....tak perlu selalu ada,
tak perlu menemani, tak perlu menangis, tak perlu sakit, tak perlu terluka, tak
perlu kedinginan, tak perlu kesepian, tak perlu bersusah payah, tak perlu
meratapi, tak perlu diusir, tak perlu cemburu, tak perlu meluangkan waktu, tak
perlu.......
Tapi selalu ada dihatinya, selalu dikenang, selalu disambut
dengan senyuman.
Terimakasih telah membuatnya tersenyum malam ini.
Akhir September
Ritual yang pada sama setiap tahunya
Ritual yang ada setelah dunia menyambutku
Namun,
Saat ini atau bahkan sebelumnya
Taka ada kata manis
Tak ada pesta
Tak ada tawa
Tak ada lilin
Tak ada harapan
Taka ada kejutan
Tak ada dia
Tak ada mereka
Yang ada hanya,
Sepi yang menguap
Bersamaan dengan kepulan rokok
Yang merangsang masuk ke sukma
Lalu air mata mulai mengembun pada malam
SISA SISA KEIKHLASAN
Semua akan berakhir,
Terlalu banyak orang yang masuk pada cerita ini
Sudah tak baik.
Yang ada kita hanya saling menyalahkan, menjatuhkan
Mau berapa lembar kata maafpun, takan sanggup di mengerti
Atau berapa kalimat yang terucap, takan sanggup kau pahami
Biaralah semua seperti ini,
Cerita yang tak pernah dimulai, namun bisa di akhiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar